Buku Tamu

Silakan Pasang Kode Buku Tamu yang sudah di copy tadi Di Sini

Stop Bullying!

Bullying




Dikutip dari web http://id.theasianparent.com/ “Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional  melalui pelecehan dan penyerangan”. Korban biasanya tidak dapat melawan dan hanya menurut apa yang yang diperintahkan, kemudian hanya bisa diam dan sakit hati. Namun, terkadang orang sering salah persepsi mengenai arti kata bully ini sendiri. Ketika seseorang mencela teman sebayanya namun si korban dapat membalas maka kejadian tersebut tidak dapat dikatakan sebagai kasus bully.
            Bullying dapat terjadi dimana saja. Tidak hanya disekolah, namun bullying dapat terjadi pula di lingkungan kampus bahkan dikantor. Sasarannya biasanya adalah orang-orang yang dianggap lemah, dianggap diam dan di anggap tidak mampu untuk melawan. Bullying biasanya dapat berupa tindakan yang bersifat mengganggu psykologis dan atau mengganggu fisik. Bullying yang mengganggu psykologis biasanya tidak dapat dilihat secara langsung, namun dapat diamati dari perubahan sikap dan tingkah laku siswanya.
            Orangtua terkadang banyak yang tidak menyadari bahwa anaknya menjadi korban bullying. Banyaknya kesibukan orangtua menyebabkan sebagian orangtua tidak memperhatikan perkembangan anaknya. Menitipkan anak kepada pengaush pun juga bukan menjadi solusi yang terbaik, karena biasanya anak akan merindukan sosok orangtua itu sendiri. Jadi sebaiknya biasakanlah untuk selalu memperhatikan perkembangan anak sejak dini. Jangan menutup mata akan kemungkinan anak anda menjadi korban bullying karena bullying dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.
            Bullying tidak hanya dapat dilakukan oleh teman sebaya, namun dapat juga dilakukan oleh guru. Kemampuan setiap siswa yang berbeda menjadi factor terjadinya tindakan bully. “Masa begini aja gak bisa” begitulah kata-kata guru yang digunakan ketika sudah kesal siswanya tidak dapat mengerjakan soal. Setiap siswa memiliki karakternya sendiri yang unik, tidak dapat disama ratakan seluruhnya. Mungkin ada siswa yang ketika di ajar sekali langsung mengerti, namun ada pula yang bahkan sudah di ajarkan 5 kali pun masih belum mengerti. Lalu siapakah yang harus disalahkan? Apakah kemampuan siswa yang kurang ataukah guru yang kurang memberikan motivasi kepada siswanya agar lebih giat belajar?
Video ini bisa sedikit memberi bukti bully yang dilakukan guru

            Terkadang guru tidak sadar dengan perbuatannya yang menjatuhkan self-esteem siswanya. Guru yang kesal terkadang lepas control. Siswa yang perkembangan emosinya masih labil pun hanya bisa sakit hati dengan perbuatan sang guru. Kalau sakit fisik mungkin dapat dilihat, namun sakit hati bisa menyebabkan trauma tersendiri pada mental anak. Apalagi kalau perlakuan tersebut terjadi pada mata pelajaran yang dianggap sebagai momok oleh siswa. Tentu saja itu kan sangat mengganggu. Guru yang selayaknya menjadi contoh bagi muridnya kita menjadi contoh yang harus dihindari. Sebagai guru sebagai harus lebih mengontrol emosinya kembali agar tidak sembarangan mengeluarkan kata-kata. Mungkin itu bukan kata-kata yang kasar, namun menyakitkan jika diberikan kepada murid. Guru sebaiknya juga jangan mudah mengunderestimate atau mengover estimate-kan muridnya, karena mungkin di satu mata pelajaran murid tersebut tidak pandai namun bisa jadi di mata pelajaran yang lain murid tersebut pandai sekali.







Tidak Hanya Menyerang yang Lemah

            Saya memiliki pengalaman terkait topic ini. Sewaktu saya menjalani program SEP di sebuah SMP di daerah Blok M, saya menemukan sebuah kasus bully. Kasus ini bukan berarti bully yang secara fisik, tapi mungkin secara psikis. Kejadian ini terjadi sewaktu saya sedang mengajar kelas 8 di SMP tersebut.
            Waktu itu saya dan rekan saya ingin mengajar matematika. Ketika ingin masuk ke pengayaan, kami meminta murid untuk membagi diri kedalam kelompok. Betapa terkejutnya kami ketika ada 1 orang siswa perempuan yang tidak dapat kelompok, siswa ini menangis di kelas karena tidak mendapatkan kelompok. Tadinya kami pikir kami yang  ingin membagikannya ke dalam kelompok, namun sebagian besar murid meminta untuk membagi sendiri. Akhirnya kami memutuskan untuk memberi kepercaya kepada siswa untuk memilih kelompoknya sendiri karena kamipun baru pertama kali mengajar dan kami berpikir agar lebih hemat waktu. Namun, karena ada yang tidak masuk maka jumlahnya pun ganjil sehingga ada 1 orang yang tidak mendapat kelompok. Kami sudah memberi instruksi bahwa boleh kelompoknya melebihi dari ketentuan, maksud kami agar 1 orang siswa ini dapat masuk ke dalam kelompok. Tetapi tetap saja tidak ada yang mau menerimanya ke dalam kelompok. Akhirnya kami memutuskan untuk membongkar 1 kelompok dan memaksa kelompok yang lain agar mau menerima 1 orang siswi ini.
            Tidak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi, karena waktu kami 2 jam pelajaran dan yang 1 jam lagi dilanjutkan sehabis istirahat. Sewaktu istirahat, kami berinisiatif untuk bertanya kepada salah seorang temannya dan kami mendapat sedikit informasi sebagai berikut. Menurut informasi yang kami dapat dari temannya, anak ini memiliki sifat dan sikap yang tidak disukai oleh teman-temannya. “Dia orangnya nyebelin kak, sombong banget. Males saya nemeninnya”, begitu kata salah seorang temannya.
            Dari kejadian tersebut saya dapat menarik kesimpulan bahwa tindakan bullying tidak hanya terjadi karena adanya kekuatan dari salah satu pihak saja. Tetapi ketika kita memiliki sikap yang tidak menyenangkan, maka kita akan mendapat buah akibat perbuatan itu seperti yang terjadi pada siswi ini. Akibat dari kesombongan dan tindakan yang dianggap oleh teman-temannya tidak baik, maka ia dijauhi

Apa sih gunanya Bullying?

Jawabannya adalah ya... gak ada sama sekali. Bullying seperti rantai yang biasanya susah terputus. Biasanya ini sudah menjadi sebuah aktifitas yang dilakukan turun temurun. Bahkan alumni dalam hal ini menjadi peran penting, karena biasanya siswa akan nurut banget sama alumni, Takut? ya tentu takut menjadi salah satu alasan mereka terus menjalankan aksi bully. Tidak hanya itu, perasaan balas dendam juga menjadi penyebab susahnya menghilangkan budaya bully di sebuah sekolah.

Terus ngilanginnya gimana?

Tidak mudah memang untuk menghilangkan kasus bully yang sudah turun temurun. Perlu adanya penanganan khusu dari pihak sekolah dan orangtua. Bahkan jika perlu siswa juga harus diberi penyuluhan dan dilibatkan secara langsung untuk memutus mata rantai ini. Dengan begitu kasus bully bisa diminimalisir


By : Fransisca Felicia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar